Indonesia
sangat kaya dengan hasil karya kerajinan yang tersebar di seluruh daerah.
Keanekaragaman karya kerajinan tersebut harus kita syukuri sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai warga negara yang bangga terhadap budaya
nusantara, kita berkewajiban untuk melestarikan dan mengembangkannya.
Berikut
ini akan dibahas proses produksi kerajinan dari bahan keras, yaitu pembuatan
karya kerajinan kayu. Proses pembuatan karya kerajinan kayu berikut ini
merupakan alternatif dalam berkarya kerajinan dari bahan keras.
1. Merancang
Produk Kerajinan Ukir Kayu
Merancang
sering kita kenal dengan istilah ”desain”. Jadi dalam hal ini merancang gambar
desain awal dalam membuat sebuah produk kerajinan sebelum dibuat. Adapun
kelengkapan dalam gambar rancangan tersebut sebaiknya mencakup: gambar tampak
depan, tampak samping dan tampak atas serta ukurannya yang jelas. Selain itu,
harus ada gambar potongannya dan gambar perspektifnya. Kelengkapan gambar
tersebut diharapkan memudahkan perajin yang akan mengerjakan produk kerajinan
tersebut, tidak kesulitan dan tidak terjadi kesalahan.
2. Bahan
Pendukung Produk Kerajinan Ukir Kayu
Bahan
yang digunakan untuk membuat karya kerajinan ukir kayu harus diperhatikan, baik
dari jenis kayu ataupun dari kualitas tekstur kayunya, karena akan memengaruhi
dan menentukan hasil dari produk yang akan dibuat. Tidak semua bahan kayu dapat
diukir dengan kualitas standar. Bahan ukiran kayu harus dipilih jenis kayu yang
memiliki serat padat, lurus, tidak terlalu keras, dan tidak mudah pecah serta
kembang susutnya rendah. Jenis kayu yang baik untuk pekerjaan ukiran dan yang
biasa digunakan di sentra-sentra ukiran di Indonesia antara lain: kayu jati,
mahoni, cendana, eboni.
a.
Kayu
Jati
Kayu ini sangat cocok
untuk bahan kerja ukir karena memiliki serat yang padat, lurus, berwarna
cokelat kekuning-kuningan. Kadar kembang susut kayu jati relatif kecil dan
tidak mudah retak atau daya retaknya relatif rendah. Kayu ini banyak digunakan
untuk produksi mebel ukir pada sentra-sentra industri mebel di Indonesia
seperti Jepara, Surakarta, Bali, dan daerah lainnya.Hutan jati produksi banyak
tumbuh di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumbawa, Sumatra, dan Sulawesi.
b.
Kayu
Mahoni
Kayu mahoni juga cocok
untuk benda kerja ukiran. Kayu ini berwarna cokelat kemerah-merahan, mempunyai
serat yang padat, memiliki tekstur halus dan kembang susutnya relatif
rendah.Hutan produksi kayu mahoni banyak terdapat di Pulau Jawa.
c.
Kayu
Sonokeling
Kayu sonokeling juga cocok
untuk karya kerajinan ukiran. Kayu ini berwarna cokelat kemerah-merahan,
mempunyai serat yang padat, memiliki tekstur halus dan kembang susutnya relatif
rendah.Kayu sonokeling memiliki sifat lebih keras daripada kayu jati, seratnya
padat dan keras, berwarna cokelat keungu-unguan dengan garis kehitam-hitaman
dan cokelat kekuningkuningan dan kembang susut relatif rendah. Hutan produksi
kayu sonokeling banyak terdapat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pohon kayu ini
banyak ditanam oleh masyarakat.
d.
Kayu
Eben
Jenis kayu eben sering
disebut kayu hitam, kayu areng, kayu kamuni, atau kayu wawana. Kayu ini banyak
tumbuh di Indonesia (Maluku, Kalimantan, dan Sulawesi). Kayu eben berwarna
hitam dengan garis-garis putih yang cukup lebar pada setiap alur seratnya. Kayu
ini termasuk jenis kayu keras, serat dan teksturnya mirip dengan kayu
sonokeling.
e.
Kayu
Cendana
Kayu cendana merupakan
jenis kayu berkarakter khusus yaitu baunya yang sangat harum. Kayu ini termasuk
jenis kayu keras yang memiliki serat serta tekstur halus. Kayu cendana banyak
tumbuh di Nusa Tenggara Timur dan Flores. Sentra industri yang banyak
memanfaatkan kayu cendana untuk produk ukiran adalah Bali, terutama untuk jenis
ukiran cindera mata.
3. Alat
Pendukung Produk Kerajinan Ukir Kayu
Peralatan
yang digunakan untuk produksi kerajinan kayu harus standar dan sesuai dengan
fungsinya. Jika benda yang akan dikerjakan produk ukiran, maka yang digunakan
adalah seperangkat peralatan ukir. Jika untuk kerja sekrol maka peralatan
sekrol yang digunakan. Alat finishing disesuaikan juga dengan teknik dan bahan
finishing apa yang akan digunakan. Berikut ini merupakan contoh bahan dan alat
yang digunakan untuk pembuatan karya kerajinan ukir kayu. Adapun peralatan yang
pokok dibutuhkan dalam berkarya kerajinan ukir kayu antara lain seperti
berikut.
a.
Pahat
Ukir
Alat pokok dalam kerja
ukir adalah seperangkat pahat ukir yang terbuat dari besi dan dicampur dengan
baja sehingga sifatnya kuat, keras dan tajam. Biasanya 1 set pahat ukir terdiri
atas.
·
20 bilah pahat bentuk penguku/mata pahat
lengkung
·
10 bilah pahat bentuk penyilat/mata
pahat bentuk lurus
·
1 s.d. 3 bilah pahat bentuk pengot/mata
pahat bentuk miring
·
5 s.d. 13 bilah pahat bentuk kol/mata
pahat bentuk cekung
·
3 s.d. 5 bilah pahat bentuk V (ve/pahat
coret)
1)
Pahat
Penguku
a) Pahat
penguku dalam satu set pahat ukir berjumlah 20 bilah.
b) Ukuran
lebar pahat dimulai dari paling kecil 1,5 mm sampai dengan 40mm.
c) Panjang
pahat 220- 250 mm, tebal kurang lebih 1,5 mm.
d) Fungsi
pahat penguku digunakan untuk membuat ukiran bentuk lengkung, melingkar,
membuat bentuk cembung, cekung, ikal, dan pecahan/cawenan.
2)
Pahat
Penyilat
a) Pahat
penyilat dalam satu set pahat ukir berjumlah 10 bilah.
b) Ukuran
lebar dimulai dari paling kecil 1 mm sampai dengan 40mm panjang 220-250 mm,
tebal kurang lebih 1,5 mm.
c) Fungsi
pahat penyilat untuk membuat pahatan/ ukiran bentuk garis lurus dan bentuk
dasaran/ lemahan.
3)
Pahat
Pengot
a) Pahat
pengot dalam 1 set pahat ukir berjumlah 1- 3 bilah.
b) Bentuk
mata pahat miring menyudut,ukuran yang biasa dipakai antara 4 mm sampai dengan
10 mm, panjang 220-250 mm, tebal kurang lebih 1,5 mm.
c) Pahat
pengot digunakan untuk membersihkan sudut/ sela-sela dasaran ukiran yang sulit
dijangkau dengan pahat perata/penyilat.
4)
Pahat
Kol
a) Pahat
kol dalam 1 set pahat berjumlah 5 -10 bilah.
b) Ukurannya
mulai dari paling kecil 5 mm sampai dengan 45 mm, panjang 220-250 mm, tebal
kurang lebih 0,75 mm.
c) Fungsi
pahat kol untuk membuat pahatan/ukiran bentuk cekung yang dalam seperti alur
lengkung, juga biasa untuk membuat hiasan texture untuk karya seni. Pahat ini
juga digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian cekung yang tidak dapat
dikerjakan dengan pahat penguku.
5)
Pahat
Coret
a) Pahat
coret dalam 1 set pahat ukir berjumlah 1 – 3 bilah.
b) Ukuran
lebar dimulai dari yang paling kecil 3 mm sampai dengan1,5 cm.
c) Fungsi
pahat coret untuk membuat p a h a t a n / u k i r a n isian/hiasan daun atau
bunga, dan texture untuk karya seni.
b.
Palu
Kayu
Palu kayu merupakan
alat yang penting dalam kerja ukiran kayu. Ada 2 macam palu: terbuat dari bahan
kayu dan dari bahan karet. Dua jenis palu tersebut dapat digunakan untuk
memukul pahat, tetapi lebih tepat jika menggunakan palu kayu, karana lebih
lembut dan kenyal.
c.
Meja
Kerja
Meja kerja merupakan
alat untuk melaksanakan proses kerja, karena meja sarana memudahkan dalam
proses mengukir. Meja kerja yang standar untuk kerja ukir adalah yang kuat,
kokoh dan dengan ketebalan bahan yang cukup, sehingga ketika proses pemahatan
dilakukan tidak menimbulkan pantulan atau getaran yang keras pada meja.
d.
Klem
Klem meja biasa dikenal
berbentuk huruf F dan C, dalam proses ukiran kayu klem merupakan alat bantu
yang sangat penting. Disamping berfungsi untuk memegang benda kerja tidak
bergerak ke sanakemari, juga berfungsi menjaga kayu agar posisi kayu flet
dengan meja kerja sehingga klem dapat terhindar kerusakan benda kerja.
e.
Sikat
Ijuk
Dalam kerja ukiran
diperlukan pula sikat ijuk yang berfungsi untuk membersihkan kotoran kayu pada
ukiran yang telah selesai diukir.
f.
Mesin
Sekrol
Mesin ini sangat
penting dalam kerja ukir terutama saat kita mengerjakan ukiran yang berlobang.
Mesin ini sangat banyak digunakan di sekolah terutama pada Program Keahlian
Kayu, juga pada industri mebel dan ukiran. Mesin jenis ini buatan pabrik yang
memiliki keterbatasan ukuran dalam memotong/melubang papan kerja, mesin ini
hanya dapat melubangi papan dengan ketebalan maksimal 3 cm, dan panjang benda
kerja maksimal 40 cm persegi. Perusahaanperusahaan mebel di Jepara umumnya
menggunakan mesin skrol (dikenal dengan nama mesin bobok/ pelobang) rakitan
sendiri yang mampu melobang pada papan kerja tebal 4 cm dengan ukuran panjang
lebih dari 1 meter persegi.
g.
Pensil
Pensil merupakan
peralatan yang digunakan untuk membuat desain sebelum praktik dilakukan, pensil
juga berfungsi untuk memberi kamu atau keterangan pada bagian-bagian yang
diperlukan.
h.
Penggaris
Penggaris sangat
diperlukan dalam proses mengukur atau menentukan ukuran. Selain itu, penggaris
juga untuk membuat garis lurus pada waktu proses mendesain.
i.
Kertas
Gambar
Untuk membuat desain,
diperlukan kertas sesuai dengan kebutuhan. Selain itu diperlukan juga kertas
tipis sejenis kertas kalkir, berfungsi untuk memindahkan desain yang kemudian
ditempel pada papan yang akan diukir.
j.
Lem
Kayu
Lem sangat perlu
disediakan dalam proses kerja mengukir. Lem kayu berguna untuk menempelkan
kertas pola pada papan yang akan diukir. Lem kayu juga berguna untuk
mengantisipasi jika terjadi ukirannya patah atau kayunya retak, sehingga dapat
segera dilem menjadi bagus kembali.
k.
Kertas
Ampelas
Kertas ampelas
digunakan untuk proses penghalusan ukiran setelah proses pemahatan selesai.
Kertas ampelas memiliki jenis tekstur halus dan kasar yang berbeda dan biasanya
dibedakan dengan ukuran nomor. Jika nomornya rendah biasanya jenis ampelasnya
kasar. Makin banyak ukuran nomor, makin halus jenis teksturnya.
l.
Gergaji
Belah
Gergaji pembelah adalah
gergaji dengan gerigi dirancang untuk membelah kayu. Gergaji pembelah digunakan
untuk menggergaji kayu searah jaringan serat kayu.
Gergaji pemotong adalah
gergaji dengan gerigi yang dirancang untuk memotong kayu. Jenis gergaji ini
digunakan untuk menyayat/memotong melintang jaringan serat kayu.
m.
Ketam
Tangan
Ketam adalah alat
perkakas yang digunakan untuk menghaluskan, meratakan dan membentuk
potongan-potongan kayu. Ketam badan kayu adalah ketam tradisional yang sudah
sejak dahulu dipakai oleh tukang kayu di pedesaan. Badan ketam berbentuk segi
empat dan terbuat dari kayu pilihan. Alas ketam dibuat rata dan halus karena
berfungsi sebagai penuntun mata ketam agar penyayatan merata dan konstan. Di
tengah badan kayu, dibuat berlubang segi empat untuk menempatkan mata ketam.
Ukuran tidak terstandar secara pasti, namun antara 10 s.d. 50 cm. Dalam jangka
waktu tertentu, badan ketam harus diganti karena mengalami keausan.
n.
Meteran
Meteran merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur panjang sebuah benda, biasanya terbuat dari bahan
logam. Jika di tarik ukuran panjangnya ada yang 2 meter, 3 meter dan ada juga
yang lebih.
o.
Bor
Mesin bor tangan
digunakan untuk membuat lubang pada kayu, besi, plastik, dan bahan lainnya.
Jenis benda kerja tersebut menentukan jenis mata bor yang digunakan.
4. Keselamatan
Kerja
Keselamatan
kerja merupakan sikap pada saat kita bekerja. Hal ini berhubungan dengan cara
memperlakukan alat dan bahan kerja, serta bagaimana mengatur alat dan benda
kerja yang baik dan aman karena berhubungan dengan orang atau manusianya.
Perlengkapan dan manfaat kesehatan dan keselamatan kerja dalam kerja ukir
antara lain seperti berikut.
a. Sebelum
bekerja hendaknya memastikan terlebih dahulu tentang ruangan yang bersih dan
terang serta fentilasi udara yang cukup supaya ruang kerja menjadi nyaman.
b. Pakailah
pakaian kerja untuk melindungi dan menghindari kotoran kayu pada saat kerja
ukir.
c. Pakailah
sepatu kerja, pada saat kerja ukir agar terhindar dari kecelakaan/terkena pahat
apabila jatuh dari meja kerja.
d. Jika
perlu, pakailah kaos tangan, terutama pada waktu kita sedang mengasah pahat dan
merawat pahat agar tangan kita tidak terluka dan tidak kotor.
e. Masker,
digunakan pada waktu kita sedang membersihkan ukiran, pengamplasan dan
finishing.
f.
Jika sedang bekerja tidak diperkenankan
bergurau/ bercanda, karena dikawatirkan akan terjadi kecelakaan kerja.
g. Atur
yang rapi pahat ukir di atas meja sehingga tidak berantakan dan akan memudahkan
ketika memilih pahat saat bekerja.
h. Jika
sudah selesai bekerja, kita wajib membersihkan kotoran sisa pahatan kemudian
mengembalikan pahat pada tempatnya.
i.
Limbah dikelola dengan baik.
5. Proses
Produksi Kerajinan Ukir Kayu
Proses
kerja dilakukan sesuai prosedur yang benar sehingga dapat menghindari
kesalahan-kesalahan dan akan mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut adalah langkah-langkah
kerja yang harus dilakukan ketika akan melakukan kerja mengukir.
a.
Penyiapan
bahan
Prinsip kegiatan
penyiapan bahan adalah menyiapkan kayu yang akan diukir sesuai ukuran yang
ditentukan. Kegiatan ini meliputi mengukur, memotong, dan menghaluskan
permukaan kayu.
b.
Penyiapan
alat
Prinsip kegiatan
penyiapan alat adalah memilih alat yang akan digunakan dan mengondisikan alat
dalam keadaan siap pakai sehingga benar-benar siap digunakan untuk mengukir.
Alat yang tumpul harus diasah hingga tajam.
c.
Membuat
Rancangan/Gambar Kerja
Sebelum menentukan
benda kerja/produk terlebih dahulu mendesain karya kerajinan yang akan dibuat.
Pelajarilah beberapa motif yang bisa diukir serta di mana penerapannya. Hal ini
dapat diawali dengan belajar membuat sketsa-sketsa desain yang paling sederhana
yaitu dengan motif-motif geometris dan penerapannya.
d.
Menyiapkan
Pola
Prinsip penyiapan pola
adalah menyiapkan atau membuat gambar sesuai bentuk dan ukuran yang akan
diukir. Gambar pola ini sekaligus akan digunakan sebagai acuan/pedoman untuk
kerja mengukir supaya bentuk dan ukuran tidak menyimpang dari ketentuan.
e.
Menempel
Pola pada Papan yang Sudah Disiapkan
Setelah proses memola
selesai, maka langkah selanjutnya adalah menempel pola pada papan yang sudah
disiapkan. Caranya : papan diberi lem secukupnya dan diratakan, pola direkatkan
pada papan yang sudah diberi lem, dari satu tepi ke tepi yang lain kemudian
pola ditekan pelanpelan hingga posisi gambar rata, halus dan tepat.
f.
Menyekrol
(krawangan)
Menyekrol adalah proses
melubang/memotong motif menjadi tembus yang sering disebut ukir krawangan.
Proses ini tidak selalu dilakukan dalam proses mengukir, bergantung pada
keinginan dalam membentuk ukirannya. apakah menginginkan ukiran krawangan atau
tidak.
g.
Memahat
Awal (getak’i)
Permulaan pekerjaan
mengukir adalah membuat “bukaan” ukiran. Bukaan adalah membentuk ukiran secara
garis besar dan dalam keadaan kasar dan global. Pada tahapan ini, diperlihatkan
arah dan bentuk ukiran, seperti: bentuk bulat, cekung, tinggi atau rendah
sebatas getakan garis pola sehingga jika gambar atau pola yang telah ditempel
terkelupas, motifnya tidak hilang.
h.
Memahat
Bagian Dasaran (lemahan)
Memahat pada dasaran/
lemahan dilakukan apabila ukirannya tidak tembus/ krawangan, sehingga motifnya
akan terlihat jika lemahannya sudah selesai di buat. Ini salah satu contoh
proses lemahan pada bidang ukiran motif yang lain.
i.
Membentuk
ukiran
Proses ini merupakan
proses pembentukan tinggi rendahnya motif, atau timbul cekungnya motif sehingga
membentuk sebuah ukiran yang indah dan menarik.
j.
Memberi
Benangan (Coretan) pada Motif
Membuat garis-garis
pecahan pada ukiran yang sudah terbentuk secara halus sesuai dengan gambar,
sehingga bentuk lebih hidup, dinamis termasuk bentuk cawenannya.
k.
Mengampelas
(menghaluskan)
Pengampelasan dilakukan
setelah proses mengukir selesai. Pengampelasan harus dilakukan dengan hatihati
karena jika pengampelasan dilakukan sembarangan, pengampelasan akan merusak
bentuk ukiran yang sudah bagus. Pemilihan kasar halusnya kertas ampelas juga
harus benar, jangan sampai ukiran yang sudah halus kemudian rusak akibat penggunaan
kertas ampelas yang kasar.
l.
Finishing
Finishing sangat
menentukan hasil akhir dari pembuatan karya ukiran. Oleh karena itu tahap ini
harus dilakukan secara hati-hati dan benar supaya hasil akhir menjadi lebih
baik. Finishing merupakan proses penyelesaian akhir sebuah pekerjaan. Finishing
pada contoh proses berkarya di atas dapat menggunakan bahan politur teknik kuas
dan oles. Jika proses finishing selesai dilanjutkan dengan pemasangan gantungan
Source :
Buku
Paket Prakarya Kelas XI Semester 2
No comments:
Write comments